Mari kita mulai dengan mendiskusikan definisi fikih yang memiliki tiga tingkatan. Ada tiga definisi utama yang harus kita pahami: definisi bahasa, definisi syariat, dan definisi istilah. Nah, mari kita lihat satu per satu.
1. Definisi Fikih Secara Bahasa
Pertama, mari kita bahas fikih secara bahasa. Apa itu fikih dalam bahasa Arab? Fikih secara bahasa berarti pemahaman, dan ini tidak hanya terbatas pada ilmu agama saja. Anda bisa saja berkata “Saya memahami (فقهت) masalah matematika atau kimia,” karena pada dasarnya pemahaman inilah inti dari fikih dalam makna bahasa. Jadi, fikih dalam bahasa mencakup pemahaman terhadap segala sesuatu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum seperti sains atau teknik.
2. Definisi Fikih dalam Syariat
Sekarang, kita masuk ke definisi yang kedua, yaitu definisi syariat. Di sini, fikih mengacu pada pengetahuan tentang semua masalah agama, baik yang terkait dengan perbuatan seperti shalat, maupun yang berkaitan dengan keyakinan, seperti mengenal sifat-sifat Allah, surga, dan neraka. Jadi, jika Anda mendengar kata “fikih” dalam konteks agama, ini mencakup pemahaman tentang hukum-hukum yang mengatur perbuatan manusia, juga pengetahuan tentang hal-hal akhirat.
Anda pasti pernah mendengar hadits Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama (يفقهه في الدين).” Ini mencakup segala bentuk ilmu agama, baik yang berhubungan dengan amalan maupun pengetahuan.
3. Definisi Fikih Secara Istilah
Nah, sekarang kita sampai pada definisi yang ketiga, yaitu fikih secara istilah. Di sini, fikih berarti ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang dibebani hukum syariat). Jadi, fokusnya adalah pada amalan praktis seperti shalat, zakat, dan transaksi muamalah, bukan pada hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau keimanan. Definisi ini lebih sempit dibandingkan dengan definisi syariat, tetapi tetap sangat penting karena ini adalah landasan untuk mengetahui bagaimana cara menjalankan perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang Termasuk Fikih?
Sekarang, mari kita lihat contoh sederhana. Bayangkan Anda baru keluar dari masjid dan melihat ada tiga pengumuman tentang kelas-kelas agama yang akan diadakan. Pengumuman pertama adalah tentang “Kajian Ilmu Tafsir”, yang kedua tentang “Penjelasan Kitab Sahih Bukhari - Bab Riwayat”, dan yang ketiga adalah “Kajian Kitab Zād al-Mustaqniʿ tentang Fikih”. Ketiga kelas ini adalah ilmu yang bermanfaat, tapi mari kita bedakan mana yang termasuk dalam fikih berdasarkan tiga definisi tadi.
- Semua kelas ini bisa disebut fikih secara bahasa karena Anda memahaminya, terlepas dari topiknya.
- Secara syariat, seluruh kelas bisa dianggap sebagai bagian dari pemahaman agama.
- Secara istilah, kelas tentang Zād al-Mustaqniʿ jelas termasuk dalam fikih, karena langsung berkaitan dengan hukum amalan mukallaf.
Apa yang Sering Disalahpahami?
Seringkali, orang berpikir bahwa hanya kajian hukum fikih yang benar-benar dianggap “belajar agama”, sedangkan kajian tentang sifat-sifat Allah atau pembahasan tentang akhirat dianggap bukan bagian dari fikih atau agama. Ini adalah kesalahpahaman yang umum. Padahal, sebagaimana kita lihat dari definisi syariat tadi, mempelajari apa pun yang berkaitan dengan agama, termasuk akidah dan akhirat, adalah bagian dari tafaquh fid din (mendalami agama).
Pentingnya Ilmu Fikih
Ilmu fikih memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Coba pikirkan, ketika hakim memutuskan perkara, dengan ilmu apa dia membuat keputusan? Apakah dengan ilmu tafsir? Atau ilmu nahwu? Tidak, tentu saja dia menggunakan ilmu fikih, karena fikih adalah ilmu yang mengatur masalah perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup hal-hal seperti jual beli, pernikahan, perceraian, hingga urusan kriminal. Jadi, sebagian besar masalah yang dihadapi manusia sehari-hari—terutama dalam kehidupan sosial dan hukum—diatur oleh fikih.
Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa kebanyakan pertanyaan dari masyarakat kepada para ulama selalu berhubungan dengan fikih? Karena 99% pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang biasanya terkait dengan bagaimana melakukan sesuatu, apakah itu tentang shalat, puasa, zakat, atau pernikahan. Jadi, meskipun banyak ilmu lain yang penting seperti akidah dan hadits, kebanyakan kebutuhan masyarakat berkaitan langsung dengan ilmu fikih.
Kesimpulan
Untuk benar-benar memahami fikih, kita harus melihatnya dalam berbagai konteks: bahasa, syariat, dan istilah. Tidak hanya mempelajari aspek teknisnya, tetapi juga memahami bagaimana fikih memainkan peran besar dalam mengatur kehidupan manusia sehari-hari. Semoga dengan pemahaman ini, Anda bisa lebih mendalami ilmu ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan Anda.
Jadi, bagaimana menurut Temen-temen? Apakah sudah siap untuk memulai mendalami ilmu fikih?
Oh ya Baca juga Artikel tentang Perbedaan Fikih, Adraka, dan ‘arafa
atau lanjut ke Artikel tentang kenapa belajar Fikih itu penting dan bagaimana sejarahnya?